Pengkhianatan yang Sukses, Hiddink!

BERKHIANAT! Itu tekad Guus Hiddink saat membawa Rusia melawan negaranya, Belanda, di perempat final Euro 2008. Untuk sementara meletakkan nasionalisme dan mengangkat profesionalisme, akhirnya pengkhianatan itu ada hasilnya. Hiddink kembali membuat keajaiban membawa Rusia pertama kalinya sejak 20 tahun masuk semifinal.

Profesionalisme Hiddink tak hanya memberikan resep sepakbola yang jitu kepada Rusia. Dia juga ikut menyanyikan lagu kebangsaan Rusia, meski hanya berkomat-kamit.

"Saya tak tahu syair lagu kebangsaan Rusia. Tapi, saya suka melodinya dan berkomat-kamit saat lagu kebangsaan itu dinyanyikan. Jika memang kemenangan Rusia berarti saya sebagai pengkhianat, saya akan melakukannya dengan baik dan elegan," katanya sebelum pertandingan.

"Saya ingin menjadi pengkhianat negeri tahun ini untuk memenangkan Rusia di perempat final," tambah Hiddink yang juga pernah menangani timnas Belanda pada 1994-1998.

Mungkin orang Belanda akan mengutuknya habis-habisan. tapi, dia akan dipuji Rusia mati-matian pula. Dia mampu mengangkat lagi kehormatan Negeri Beruang Merah itu lagi lewat sepakbola. Wajar jika di Rusia kini dia disebut Tsar Hiddink, sebuah jabatan ningrat terhormat di masa lalu Rusia.

Hebatnya, dia menjual sepakbola bangsanya dengan sukses pula. Total football dia adopsi ke dalam permainan Rusia yang sebelumnya terkenal textbook, sekadar kompak dan rapi. Sepakbola Rusia di tangannya berubah menjadi permainan menyerang yang kreatif, tajam, tapi juga taktis.

Gaya itu yang menggilas motherland total footbal, alias Belanda. Bahkan, cara Rusia mengalahkan Belanda cukup mengagumkan. Mereka membuat Belanda tak bisa berkutik dan kehilangan ide serta kreativitasnya. Sebaliknya, Rusia terus menekan dengan berbagai kreativitas, dinamisme, juga ide-ide yang cemerlang.

Itulah peran besar Hiddink. Dia paling tahu bagaimana meredam kekuatan lawan. Italia pernah dia permalukan hanya dengan memakai tim Korea Selatan. Bahkan, tim Asia iitu akhirnya masuk semifinal Piala Dunia 2002. Australia yang tak jua berhasil ke putaran Piala Dunia, dia bawa ke Piala Dunia 2006 dan masuk putaran kedua.

Mental kemenangan memang ada dalam dirinya, merasuk kedalam jiwa para pemainnya, kemudian terimplikasi dalam sebuah permainan indah. Dia pernah menjuarai enam Eredivisie sebagai pelatih. Bahkan, dia juga membawa PSV Eindhoven menjuarai Liga Champions musim 1987-88 untuk pertama kalinya, kemudian menjuarai Piala Interkontinental 1998.

Kini, lengkap sudah kehebatan Hiddink. Dia bagai Raja Midas yang sentuhannya selalu berbuah emas. Prestasi luar biasa, meski saat pulang dia akan diumpat orang Belanda dan dihujat sebagai pengkhianat. Tapi, pengkhianatannya akhirnya sukses. Dia telah membuktikan totalitas profesionalismenya dan itu memberi berkah melimpah buat Rusia.

Terima kasih, Tsar Hiddink! Begitu dia akan disambut dan dipuja-puji di Rusia. Bahkan, mungkin akan dipestakan di Lenningard jika dia membawa Rusia juara. (HPR)
source

Template by : kendhin x-template.blogspot.com