Kutip Einstein, Terim tak Butuh Keajaiban


Tiga kali bangkit dari ketertinggalan, Turki mampu memenangkan pertandingan. Banyak yang menyebut negeri ini dinaungi keajaiban. Namun, pelatih Turki, Fatih Terim, membantahnya. Dia malah tak membutuhkan keajaiban, karena tak mempercayainya.

Turki memang fantastis. Tertinggal 0-1 dari Swiss, akhirnya menang 2-1. Tertinggal 0-2 dari Republik Ceko, akhirnya menang 3-2. Terakhir di perempat final, sudah tertinggal 0-1 dari Kroasia di menit ke-118, akhirnya menyamakan kedudukan dan memaksa adu penalti. Turki menang dan lolos ke semifinal.

Malam nanti, menghadapi Jerman yang juga sedang bangkit, banyak yang menilai Turki butuh keajaiban lain untuk memenangkan pertandingan. Sebab, sembilan pemainnya tak bisa tampil karena cedera dan terkena hukuman. Namun, Fatih Terim bertekad akan tetap berjuang sampai akhir dengan kondisi yang ada, tanpa harus berharap kepada keajaiban.

"Saya punya pesan yang tertulis di tembok: tak ada yang tak mungkin dan keajaiban membutuhkan waktu," kata Terim.

"Setiap orang mampu membuat keajaibannya sendiri, tapi saya tak percaya kepada keajaiban. Albert Einstein mengatakan, 'Ada dua cara untuk menghidupkan hidupmu. Pertama, ketiadaan adalah keajaiban. Kedua, segalanya juga keajaiban.' Ssaya termasuk percaya yang pertama. Jika sebuah tim tak ingin menerima kekalahan dan bertarung di setiap akhir, tim itu akan meraih kesempatan untuk memenangkan pertandingan," tegas Terim.

Namun, Terim harus menerima kenyataan dalam krisis pemain. Hanya 14 pemain yang siap tampil, dan dua di antaranya kiper. Sehingga, hanya ada 12 pemain nonkiper. Volkan Demirel, Tuncay Sanli, Arda Turan, dan Emre Asik tak bisa bermain karena hukuman kartu. Nihat Kahveci, Emre gungor, dan Emre Belozoglu cedera. Servet Cetin dan Tumer Metin juga cedera. Hanya Cetin dan Metin yang memiliki kemungkinan untuk dipaksakan main.

Sampai-sampai, Terim sempat mengatakan akan memasang kiper ketiga Tolga Zengin sebagai gelandang. Terim tak sedih menghadapi situasi seperti itu, tapi malah tertawa. "Itu dagelan, tapi orang menganggapnya serius. Sayang mengatakan hal itu hanya untuk menggambarkan betapa krisisnya tim kami," ujarnya.

Meski krisis, terim berusaha tetap optimis. Sejauh ini, Turki sudah cukup sukses karena mampu masuk semifinal untuk pertama kalinya. Turki bertekad tak berhenti di situ saja dan ingin memenangkan turnamen, apa pun yang harus dihadapi.

"Ketika orang melihat lagi Euro 2008, mereka akan mengingat tim kami. Di awal turnamen, tak ada yang memperhatikan kami. Tapi kini, banyak orang angkat topi untuk kami," katanya.

"Kami bermain dengan hati dan pikiran. Kami membuat rakyat melupakan masalah politik dan bersatu di bawah satu bendera. Tim ini telah membuat rakyat Turki bersatu kembali. Sekarang kami hanya punya satu target, memenangkan Euro 2008," tambahnya. (AP/HPR)
source

Template by : kendhin x-template.blogspot.com