Turki Meringis dalam Krisis


Penolakan permohonan banding tim Turki oleh Badan Sepak Bola Eropa atau UEFA memperparah krisis pemain Turki. Tim ”Crescent Stars” bak berharap mukjizat untuk memenangi laga semifinal melawan Jerman di Stadion St Jakob Park, Basel, Swiss, Rabu (25/6) atau Kamis dini hari WIB.

Turki mengajukan banding atas hukuman larangan dua kali tampil terhadap kiper utama, Volkan Demirel. Penjaga gawang klub Fenerbahce itu dikenai sanksi setelah sengaja mendorong striker Ceko, Jan Koller, pada partai penentuan Grup A, 15 Juni lalu. Turki menang 3-2 pada laga di Geneva itu meski sempat tertinggal 0-2.

Dengan penolakan UEFA itu, ”pasukan” Turki kini tinggal 14 pemain. Sembilan pemain harus absen karena cedera dan menjalani hukuman. Di deretan nama pemain yang terkena sanksi, selain Demirel, juga ada Emre Asik, Tuncay Sanli, dan Arda Turan. Mereka harus menjalani sanksi akumulasi dua kartu kuning.

Lima pemain lain cedera. Striker Nihat Kahveci—yang mencetak dua gol ke gawang Ceko— mengalami cedera paha dan harus kembali ke negaranya, menyusul bek Emre Gungor yang lebih dulu pulang. Tiga pemain lain yang juga cedera: Servet Cetin (pinggul dan lutut), Tumer Metin (persendian paha), dan Emre Belozoglu (hamstring).

Ketiadaan Kahveci, Sanli, Demirel, dan Belozoglu sangat berarti, tanpa mengesampingkan potensi pemain lain. Keempat pemain itu menjadi tulang punggung Turki untuk melaju hingga semifinal. Absennya mereka membuat beban banyak mengarah ke Hamit Altintop, pemain Bayern Muenchen, yang akan menjadi andalan di lini tengah.

Aurelio hadir lagi

Beruntung, Pelatih Turki Fatih Terim punya skuad tambahan untuk menghadapi Jerman dengan selesainya sanksi larangan bertanding Mehmet Aurelio. Pemain Fenerbahce ini kemungkinan dipasang sebagai gelandang bertahan dalam formasi 4-1-3-2. Lini tengah Turki juga akan bersandar kepada Kazim Kazim dan Ayhan Akman.

Dalam pernyataan di harian Bild, Altintop memuji peran Te- rim sebagai pelatih. ”Fatih Terim ibarat ayah buat kami. Para pemain mengambil keuntungan dari pengalamannya. Sukses kami juga sukses dia,” kata Altintop, yang juga lahir di Gelsenkirchen, Jerman, itu.

Soal kans ke final, Altintop optimistis. Menurut pemain berusia 25 tahun itu, ia yakin Turki melaju ke final karena mereka tak takut menghadapi Jerman.

Tim Turki pada Selasa (24/6) malam pukul 20.00 waktu Swiss, menggelar latihan di Stadion St Jakob Park, Basel. Adapun lawannya, kesebelasan Jerman, berlatih di markas tim di Centro Sportivo, Tenero, Swiss, Selasa pagi pukul 10.30.

Pelatih Jerman Joachim Loew dalam wawancara khusus dengan harian Tager Anzeiger menyatakan, pola permainan Turki tidak sejelas Portugal, yang ditumbangkan Jerman pada perempat final.

”Menghadapi Portugal, kami tahu bagaimana menyiasati permainan mereka, tetapi Turki, menurut saya, tidak bisa diperhitungkan. Struktur permainan mereka tidak jelas, tetapi semangatnya sangat menggebu-gebu,” kata Loew, yang pernah melatih dua klub Turki: Fenerbache dan Adanaspor itu.

Karakter tim Turki adalah komposisi pemain yang sering berubah dan memberi kebebasan berimprovisasi kepada pemain. Terakhir kali, kedua tim bertemu di Istanbul pada Oktober 2005. Ketika itu Turki unggul 2-1, berkat gol Halil Altintop (saudara kembar Hamit Altintop) dan Nuri Sahin. Adapun gol tunggal Jerman diciptakan oleh Oliver Neuville. (*)
source

Template by : kendhin x-template.blogspot.com