Rumania Andalkan "Setan" untuk Menang

Kiprah Rumania bertahan di grup neraka tak lepas dari peranan "setan" di pinggir lapangan. "Setan" seperti apa?

Rupanya "Setan" itu adalah julukan bagi Victor Piturca, sang pelatih. Namanya juga "setan", bertarung di Grup C yang merupakan grup neraka tak jadi masalah bagi Piturca dan timnya, Rumania. Buktinya, Prancis ditahan tanpa gol, Italia nyaris bertekuk lutut meski akhirnya imbang juga. Lawan Belanda, Selasa (17/6), Piturca boleh jadi akan menjelma sebagai makhluk seram di lapangan hijau. Kok bisa?

Piturca merupakan sosok misterius yang memberikan kesan angker pada setiap penampilannya. Pelatih berusia 52 tahun ini gemar mengenakan busana hitam. Sorot matanya dingin, pas dengan julukannya itu. Sekilas, wajahnya mirip Profesor Severus Snape, si guru bertampang seram dalam sekuel film Harry Potter. Jadi, jangan heran sosok yang dulunya pernah bermain sebagai striker itu memilih nomor "666" untuk plat nomor mobilnya. Anda pasti tahu arti kombinasi angka itu.

“Itu memang julukan yang diberikan pada saya. Saya tidak bisa melakukan apa pun soal itu apalagi itu bukan masalah yang penting. Namun bagi saya, julukan itu memberikan arti khusus,” ujar Piturca.

Memang julukan setan pantas disematkan padanya. Menurut rekan-rekannya, Piturca sebetulnya memiliki kepribadian yang ramah. Namun, karena sejarah hidup yang kelam, Piturca kerap bersikap dingin dan kaku.

Desember 1978, Florin Petre, keponakan Piturca yang berkiprah sebagai pesepakbola di Divisi Dua Romania tewas secara mendadak di rumahnya beberapa jam setelah berlaga. Anggota keluarga Piturca mengklaim bahwa kematiannya disebabkan oleh kebiasaan pesepak bola divisi bawah yang harus menelan obat-obatan terlarang (doping) sebelum mendapat izin berlaga.

Sayangnya, saat itu rezim komunis Ceausescu tengah berkuasa sehingga pihak keluarga tak bisa berbuat banyak. Mereka hanya bisa berduka atas tragedi ini.

Piturca secara pribadi amat terpukul dengan kejadian ini. Ayah Petre (sekaligus paman Piturca), Maximilian, amat sedih dengan peristiwa ini. Kendati berprofesi sebagai tukang sepatu, Maximilian membangun sendiri batu nisan yang kokoh di makam anaknya. Selama 16 tahun, Maximilian tidur di sisi jenazah Petre.

Pada waktu yang sama, Piturca mulai mengembangkan kariernya sebagai pemain. Berawal dari klub kecil Dinamo Slatina, Piturca berhasil menjadi ujung tombak Steaua Bucharest, klub terbesar Romania. Steaua menjadi salah satu kekuatan di Eropa di masa itu dan memenangkan Liga Champions setelah unggul adu penalti melawan Barcelona di musim 1985/86.

Bagi Piturca, Euro 2008 bukanlah Piala Eropa pertama baginya sebagai pelatih. Delapan tahun lalu, ia menolak membawa Gheorghe Hagi, anak emas sepak bola Rumania. Ini membuatnya harus mundur dari posisi pelatih.

Piturca tak menyerah begitu saja. Kendati gagal membawa Rumania lolos ke Piala Dunia 2006, Euro 2008 menjadi titik kulminasi rencana jangka panjang Piturca. Filosofi Piturca diterapkan atas kenyataan yang ada.

“Tak ada gunanya berusaha membuat para pemain meyakini mereka lebih baik dari kemampuan sebenarnya,” ujar Piturca jelang laga melawan Belanda, di partai penentu Grup C.

Walaupun Adrian Mutu gagal mengeksekusi penalti saat Rumania bertemu Italia, Jumat (13/6), kans Tricolorii melangkah ke perempat final cukup terbuka. Apabila Italia dan Prancis bermain imbang, Rumania cukup bermain seri melawan Belanda untuk lolos ke babak selanjutnya.

“Kami percaya pada pelatih dan taktiknya. Sebaliknya, dia mempercayai kami sepenuhnya untuk menerapkan taktik dan strateginya di lapangan,” tutur Mutu. (YUD)

sumber: http://bolaeropa.kompas.com

Template by : kendhin x-template.blogspot.com